Bagaimana Pendidikan Menyelesaikan Semua Masalah Bangsa

Oleh: Mohammad Raziq Fakhrullah, B.Eng

Taukah kalian bahwa esensi dari pendidikan dapat dianalogikan dengan pentingnnya informasi ketika seseorang berwisata?. Karena saat seseorang berwisata pasti ia memiliki tujuan. Seseorang tidak bisa mencapai tujuan itu jika tidak tahu mana jalan yang harus ditempuh, mana bus yang harus dinaiki, dan dimana Lorong yang harus dimasuki. Ketidaktahuan akan menyebabkan ketidakpastian, kesesatan, keterlambatan, dan ketertinggalan. Begitu juga dengan hidup ini. Manusia membutuhkan pengetahuan agar kehidupan diiringi dengan panduan sehingga manusia akan lebih memahami situasi yang ia hadapi. Dengan pengetahuan cara pandang manusia akan lebih luas dan berfikir jauh ke depan.

Pemahaman ini harus disadari oleh semua umat manusia termasuk masyarakat Indonesia. Namun tampaknya masyarakat Indonesia cukup lalai dengan pemahaman ini. Hal ini dibuktikan oleh angka-angka yang dirilis oleh lembaga seperti OECD (Organization For Economic Cooperation and Development) yang mengidentifikasi anak-anak berumur 15 tahun terkait kemampuan membaca, matematika, dan sains mereka. Hasil riset yang dinamakan score PISA ini menyebutkan bahwa pada tahun 2022, anak-anak Indonesia masih berada pada urutan ke 69 dari 81 negara. Tak sebanding dengan negara-negara tetanngga seperti Vietnam berada pada urutan ke 34 dan Singapura pada urutan pertama. Apakah ini menjadi masalah?, tentu saja iya. Karena jika kemampuan pelajar indonesia dalam menguasai tiga bidang tersebut rendah, maka kemampuan riset STEM (Science, engineering, technology, and Mathematics) di Indonesia juga akan rendah. Padahal kemajuan teknologi di sebuah negara perlu ditopang dengan SDM yang memumpuni di bidang tersebut. Kita tidak mungkin selamanya menjadi konsumen dari produk-produk teknologi, suatu saat kita harus menjadi produsen. Tidak mungkin kita selalu dilihat sebagai negara yang hanya bertumpu pada sektor barang mentah. Bayangkan jika semua produk tambang dan minyak di Indonesia diolah sendiri di dalam negeri, bagaimana jika semua petani di Indonesia memiliki traktor penggarap lahan yang canggih, dan bagaimana jika nelayan-nelayan di daerah kepulauan memiliki pabrik pengolahan produk perikanannya sendiri. Tentu pendapatan pekerja di Indonesia akan meningkat drastis.

Namun hal ini mustahil jika riset teknologi masih rendah. Kenyataannya kondisi ini paralel dengan angka GDP per-kapita yang sangat rendah. Menurut World Bank pada tahun 2022, GDP per kapita Indonesia hanya berkisar pada 4,788 USD. Sedangkan Singapura berkisar pada 82,807 USD. Ironinya hal ini dapat diartikan pendapatan 1 orang di Singapura sama dengan pendapatan 17 orang di Indonesia.

Sekali lagi apakah ini menjadi masalah?, tentu iya. Karena status perekonomian dan pendidikan masyarakat yang rendah akan berdampak pada sektor sosial dan politik disebuah negara. Karena di negara demokrasi yang baik, partisipasi aktif dan sifat kritis masyarakat sangat diperlukan. Jika tidak, maka tidak ada check and balance antara Masyarakat dan penguasa. Disisi lain, perekonomian yang buruk menyebabkan maraknya politik uang di dalam negri karena politisi akan lebih mudah membeli suara Ketika pemilu. Hal ini menyebabkan dua hal, yang pertama ongkos politik akan sangat tinggi karena persaingan politik didasari oleh siapa yang paling banyak membagikan uang, yang kedua hilangnya system meritokrasi dimana kursi pemerintahan diisi oleh pihak yang memiliki kepentingan bukan kompetensi.

Dapat dilihat bahwa pendidikan sangat berpengaruh terhadap sektor-sektor lain seperti rantai yang terkait satu sama lain. Jika ingin mengubah suatu bangsa maka ubah pendidikannya dulu. Tetapi pendidikan yang dimaksud bukan hanya pendidikan empiris, tetapi juga adab. Agar angkatan muda yang dihasilkan menjadi generasi yang pintar dan bermoral. Untuk itu, ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh bangsa ini seperti sebagai berikut :

Ubah Mindset Orang Tua
Pendidikan informal di rumah adalah proses penting dalam memebentuk karakter seorang anak. Sang buah hati mempelajari etos kerja, etika sosial, dan kemadirian dari orang tuanya. Pengetahuan dan kesabaran orang tua mengenai pendidikan menjadi kunci penting dalam pembahasan ini. Orang tua juga tidak boleh terlalu sering mengikuti kemauan anak tanpa mempertimbangkan baik dan buruknya. Contohnya mengenai pendidikan kemandirian, seorang anak tidak boleh selalu dimanjakan atau tidak dibiarkan untuk memecahkan masalahnya sendiri. Karena hal ini dapat menyebabkan anak menjadi tidak dapat berfikir kritis dan sulit untuk membuat solusi untuk setiap masalah yang ia alami.

Disisi lain, dikarenakan kurangnya edukasi parenting di Indonesia. Banyak kelalaian dan kejenuhan terjadi dari orang tua kepada anaknya. Pada umumnya hal ini disebabkan oleh mindset yang salah oleh orang tua dimana proses pendidikan anak dianggap sebagai beban waktu dan ekonomi oleh orang tua. Padahal seharusnya hal ini dianggap sebagai infestasi jangka panjang untuk keluarga.

Tingkatkan Kualitas Guru, Bukan Hanya Pendidik Tetapi Juga Storyteller
Tampaknya di negeri ini guru hanya dianggap sebagai penyampai ilmu, padahal mereka adalah pendorong para siswa untuk belajar berfikir dan memecahkan masalah. Guru harus dapat memantik rasa penasaran dan imajinasi seorang siswa di dalam kelas. Karena dengan rasa penasaran dan daya imajinasi yang tinggi, anak lebih dapat menyerap ilmu dengan baik. Untuk itu, seorang guru memerlukan seni bernarasi yang baik, agar anak tidak merasa jenuh di dalam kelas. Mereka lebih baik merasa sekolah sebagai tempat bermain dibandingkan sebagai tempat yang membosankan dan mengerikan. Kemampuan storytelling yang baik ini bukan hanya dibutuhkan oleh guru sekolah dasar tetapi hingga tingkat perguruan tinggi karena dengan begitu cara pandang generasi mendatang tentang Pendidikan akan semakin baik.

Tingkatkan Minat Baca dan Turunkan Harga Buku
Kebanyakan pembaca pemula pasti memiliki pengalaman pertama dalam membaca buku. Perasaan yang membosankan dan mengantuk menghantui kita saat membaca. Tetapi saat kita menemukan suatu hal yang menarik pada tulisan itu, kita mulai serius dan lupa akan kejenuhan yang dirasakan sebelumnya. Tanpa kita sadari dengan membaca membuat kita memiliki ide, diksi, pengetahuan, bahkan keterampilan yang tidak kita miliki sebelumnya. Dengan banyak membaca kita dapat berbica dengan lebih teratur. Dengan membaca, kita lebih mudah menyelesaikan masalah dikarenakan banyak informasi yang kita dapatkan. Dengan membaca kita dapat berdiskusi dengan siapa pun tanpa mudah dibodohi oleh orang lain. Namun, peningkkatan minat baca ini harus didukung oleh fasilitas literasi seperti perpustakaan modern di setiap kota dan harga buku yang terjangkau agar semua orang lebih termotivasi untuk membaca.

Fokuskan Beasiswa dibidang STEM
Teman pembaca pasti sudah tahu mengapa STEM menjadi bidang yang sangat penting pada era ini. Karena dengan ilmu STEM lah sebuah negara dapat meningkatkan produktifitasnya. STEM sebagai kunci pengembangan riset teknnologi yang dapat membantu manusia meningkatkan efisiensi dari kegiatan industri. Disisi lain, STEM juga dapat membantu menyelesaikan masalah lingkungan seperti penagnggulangan dampak emisi kabron yang berlebihan, modernisasi system pengolahan limbah kota. Dapat disimpulkan dengan ilmu STEM lah sebuah negara dapat dikatakan negara maju.

Kita sadari bahwa transformasi pendidikan bukanlah proses yang singkat, hal ini butuh puluhan tahun untuk merasakan dampaknya. Namun hal ini harus dimulai dari sekarang. Kita tidak bisa menjadikan ini hanya sebagai gerakan pemerintah ataupun usaha dari Lembaga-lembaga Pendidikan saja, tetapi kita harus menjadikan ini sebagai gerakan darri sebuah bangsa. Jika tidak, maka kita akan tertinggal dan selamanya menjadi bahan mainan orang asing. Pendidikan empiris lah yang akan menyelamatkan bangsa ini, dan Pendidikan moral lah yang akan menjadikan manusia tetap sebagai manusia.

Penulis adalah:
1. Alumni University Teknologi Malaysia (UTM) tahun 2019-2023
2. Ketua Asosiasi Muslim Indonesia UTM tahun 2021-2022
3. Aktifis Pelajar Islam Indonesia (PII) Provinsi Kepulauan Riau

REFERENSI
1. “PISA Scores by Country.” PISA Scores By Country 2023, www.datapandas.org/ranking/pisa-scores-by-country. Accessed 26 Dec. 2023.
2. “GDP per Capita (Current US$).”World Bank Open Data,
data.worldbank.org/indicator/NY.GDP. PCAP.CD. Accessed 26 Dec. 2023.

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *