Eranusanews.com, – Mengutip hasil pemikiran pahlawan proklamator dan bapak bangsa almarhum Mohammad Hatta, dalam kehidupan negara ada tiga kelompok yang berperan. Pertama adalah Ahli, Teknokrat, dan Birokrat. Kedua adalah Kalangan Politisi dan Ketiga adalah Negarawan.
Bapak Hatta memperjelas, ”Loyalty to my party ends when loyalty to my country.” Kesetiaan seseorang kepada partainya harus berakhir kalau ia kemudian menjadi negarawan. Penjelasan diatas masih membingungkan. Siapakah negarawan itu sebenarnya? Politisi Kah? Orang bijak mengatakan, antara politisi dan negarawan terdapat perbedaan yang jelas. Politisi berbicara tentang kemenangan yang akan dating, sedang negarawan berbicara tentang generasi yang akan datang.
Generasi muda perlu berani berkata, kamilah orangnya, jangan tunggu lagi yang lain, katakanlah, kitalah seorang Muslim Negarawan itu. Sebagai seorang negarawan, kita beragam untuk mempersembahkan yang terbaik buat negeri ini. Ada beberapa point yang bisa kita berikan buat negeri ini:
Pertama, Moralitas yang tinggi.
Generasi Muda harus tahu mana yang hak dan mana pula yang bathil. Generasi Muda harus memiliki jiwa moralitas tinggi sebagai anak bangsa. Harapannya, agar tidak ada KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme) bila telah membaur dengan generasi tua; yang sebagian selalu setia dengan gelar tambahannya, yaitu koruptor. Generasi Muda harus menunjukan religius, berkhidmat pada amanah, kesetiaan terhadap negara dengan moralitas yang tinggi.
Berbicara tentang moralitas pada dasarnya adalah membicarakan akhlak karena akhlak adalah parameter harga diri seseorang dalam hidupnya. Akhlak yang baik adalah kepribadian yang baik. Kepribadian yang baik adalah kemuliaan hidup yang sejati, kepribadian lah yang paling berharga pada diri seseorang. Harta yang banyak bukanlah jaminan kemuliaan hidup seseorang, karena harta adalah fitnah, maka harus berhati-hati. Lihat saja Qarun, betapa banyak hartanya, namun Allah mencapnya dalam Al-Qur’an sebagai hamba yang hina dina. Jabatan bukanlah jaminan kemuliaan hidup seseorang karena jabatan adalah juga fitnah. Betapa banyak orang cerdas, yang akhirnya diseret ke dalam tahanan.
Berbeda dengan akhlak yang baik, Ia adalah fitrah Allah kepada hamba-Nya karena setiap hamba dibekali untuk menjadi terhormat karena akhlaknya. Kemuliaan itu, bukan karena harta, bukan karena jabatan, bukan karena tampang dan juga bukan pada gelar akademik tapi kemuliaan itu adalah karena akhlak yang baik. Siapapun mereka dan dari manapun, yang paling mulia adalah yang paling baik akhlaknya. Akhlak yang baik adalah parameter kesempurnaan iman seseorang. Rasulullah saw bersabda: ”Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.”(HR Tarmizi)
Kedua, Generasi Muda Berjiwa nasionalisme dan patriotisme.
Generasi muda harus bangga dengan bangsanya sendiri, Rasa memiliki, senasib, dan sepenanggungan adalah jiwa mereka. Keanekaragaman yang ada, diantaranya suku, agama, ras, budaya, serta pulau yang berjajaran dari sabang hingga merauke adalah mutlak menyatu kepada ”Bhinneka Tunggal Ika.” Bagi Muslim Negarawan, mengorbankan harta, tenaga, pikiran, dan nyawa sekalipun adalah ibadah. Dengan demikian, pupuklah diri dengan akhlak mulia, berkomitmen untuk meneguh kapasitas sehingga berintegritas.
Ketiga, Berpartisipasi dalam kontrol sosial dan stabilitas politik.
Generasi muda berhak berpartisipasi dalam kontrol sosial dan stabilitas politik. Hak generasi muda untuk mengusulkan ide, gagasan, dan teguran terhadap pemerintah. Generasi muda sebagai kaum intelektual adalah kebanggaan masyarakat. Generasi muda adalah garda terdepan kekuatan masyarakat terhadap kesewenangan pemerintah dan sistem yang busuk. Aksi demonstrasi adalah hak mereka selagi dilakukan sesuai dengan aturan yang ada. Di negeri ini kita bisa melihat peranan generasi muda. Realita menunjukan, generasi muda belum berhasil totalitas dengan perannya dalam melakukan kontrol sosial dan stabilitas politik dalam negeri ini. Ke depannya, generasi muda diharapkan lebih merapatkan barisan dan teratur. Dengan demikian, akan muncullah pemimpin yang menyatu dengan barisan generasi muda, untuk sama-sama memajukan bangsa ini.
Kempat, Berkarya.
Sesuatu yang kita hasilkan dalam waktu tertentu, berwujud, dan bisa dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat, dan berpotensi untuk dikembangkan. Hal ini dikategorikan karya nyata. Bisa jadi anda adalah seorang penemu, atau perancang sesuatu, dan lain lain. Sebagai contoh, obat-obatan, alat/pesawat sederhana, jenis pupuk baru, makanan bergizi, software, dan lain lain. Persembahkanlah karya nyata, sekecil apapun yang bisa diberikan. Sebagai renungan, Bapak H.M. Anis Matta, LC mengatakan,”Berprestasi di tengah keterbatasan adalah kepahlawanan dalam bentuk yang lain.” Bapak B.S Wibowo, mengungkapkan: ”Jangan sampai kita meninggal tanpa menghasilkan jejak-jejak sejarah dalam hidup kita. ”Dalam hal ini, marilah kita berkomitmen: ”Berkarya untuk Allah, orang tua, masyarakat, agama, bangsa dan negara. Janganlah mati sebelum benar-benar berkarya.”
Kelima, Teguhkan komitmen
Teguhkan komitmen yang takkan luntur walau dimusim hujan, takkan pudar walau dimusim kering dan tak gugur walau dimusim panas, Indonesia memang terkenal dengan pengkonsumsi tahu tempe, tetapi semangat generasi tidak boleh semangatnya seperti tahu tempe tapi harus seperti baja. Ayok bangkit bersatu dan selalu bergerak sebelum kita di gerak-gerakan. Tempa diri agar menjadi lebih baik dari sebelumnya. Ingat bahwa generasi muda asset dan harapan bangsa karena keberlanjutan dan keutuhan Negara ini berada ditangan para generasi.
Generasi muda tidak menawarkan masa namun generasi yang kreatif dan tangguh akan selalu optimis menawarkan sebuah harapan menjadi kenyataan.
Penulis adalah Aktifis Pemuda Nasional dan sosial
Oleh : Amirul Khalish Manik (Ketua Bidang PPW PP GPII Periode 2022-2025)