Ketika Air Mata Sang Gubernur Tak Lagi Tertahan

Agam, Sumbar – Eranusanews. Dini hari tadi setelah membuka Grup WA tampak untaian doa dan informasi yang mengabarkan bahwa Abak dari Buya Mahyeldi telah berpulang kerahmatullah.

Tentunya hal ini merupakan kabar yang begitu menyedihkan bagi setiap insan termasuk Sang Gubernur Sumbar Buya Mahyeldi, kenapa tidak sedih, Manusia yang selama ini mendidik beliau menjadi manusia yang kuat, tangguh dan tegar menghadapi segala rintangan hidup, baik itu dikala susahnya bertahan mencari makan dalam perantauan bahkan sampai menjadi Gubernurpun tak luput dari masalah dan tekanan.

Tidak mungkin seorang yang tangguh seperti Buya Mahyeldi terlahir dan terdidik dari orangtua yang sembarangan, mungkin Abak tidak kaya harta tetapi kaya ilmu dalam menanamkan nilai agama, bisa saja abak tidak memiliki pendidikan tinggi sampai sarjana tetapi pendidikan karakter berhasil abak tanamkan kepada anaknya tercinta, sehingga mampu mencontohkan bagaimana menjadi pemimpin yang sabar walaupun cacian, makian, hinaan tidak henti-hentinya Buya Terima.

Selama ini tidak pernah saya melihat Buya meneteskan Air Mata ditengah beratnya ujian hidup sebagai pemimpin, tampak jelas didepan media dan orang banyak buya adalah seorang yang tegar menghadapi ujian sebagai pejabat, bahkan ditengah fikiran yang bercabang antara berbakti kepada Abak yang sedang sakit dan Amanah jabatan sebagai seorang Gubernur yang begitu banyak, setiap persoalan selalu dihadapi dengan senyuman.

Namun hari ini akhirnya Sang Gubernur itu tak mampu lagi menahan Air Matanya, Buya mungkin bisa sabar dari kanai “pacaruikan oleh Masyarakat yang ia pimpin, Buya bisa tabah dari fitnah yang ditujukan kepadanya, Buya bisa tegar dari cara kotor rekan kerja bahkan lawan politik untuk menjatuhkannya.

Tapi hari ini tampak tetesan air itu tak tertahan lagi, buya kehilangan salahsatu “Malaikatnya” di Dunia ini, yaa Ayah adalah malaikat yang Allah titipkan kepada kita tempat mengadu, layaknya kita sebagai anak disaat mendapatkan ujian berat diluar maka pulang dan mengadu ke Ayah adalah cara terbaik menceritakan beban masalah walaupun ia seorang pemimpin, kemudian ayah dengan berjuta ide dan solusi selalu menjadi penawar dari setiap masalah kita sebagai sang anak seolah-olah Ayah kita tidak memiliki masalah.

Terimakasih Abak, telah mendidik seorang anak yang bisa menjadi teladan bagi kami Masyarakat Minangkabau dan Sumatera Barat secara Khususnya, abak sudah tenang di tempat istirahat terakhirnya di Dunia ini, abak telah meninggalkan anak yang insyaallah akan menjadi asbab pundi-pundi Amal yang tidak akan putus-putus walaupun abak sudah tidak di Dunia ini.

Lubuk Basung, 6 September 2022

Syaddam Anelka Abdillah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *