Membangun Kecerdasan Emosional di Usia Remaja

Oleh: Nayla Mastura Rulita ( Mahasiswi Program studi Ilmu Alquran dan Tafsir
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Sultan Abdurrahman).

Eranusanews.com, – Kecerdasan emosi atau emotional intelligence adalah kemampuan seseorang mengelola emosi dalam kaitannya dengan orang lain atau rangsangan dari luar. Kecerdasan emosi mencakup pengendalian diri terutama berkaitan dengan relasi, berempati kepada orang lain, mengelola rasa gembira dan sedih, semangat dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri. Orang yang memiliki kecerdasan tinggi antara lain memiliki ciri ciri kehidupan sosialnya mantap, mudah bergaul dan jenaka, simpatik dan hangat dalam hubungan, dan tidak mudah takut atau gelisah. Mereka merasa nyaman dengan dirinya sendiri, orang lain, dan lingkungannya.

Kecerdasan emosional pada seseorang dapat diindikasikan berdasarkan kepada berbagai konsep yang dijelaskan penggagasnya, pada akhirnya kecerdasan emosional dapat membantu individu mengantarkannya pada kesuksesan dalam hidupnya. Hal ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional amatlah penting

Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur hidup emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence) menjaga keselarasan emosi da pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.

Maka kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang dalam mengelola emosinya. Mereka memiliki kemampuan tinggi dan mempunyai pandangan moral yang dapat dipertanggungjawabkan. Mereka memandang dirinya sendiri secara positif. Mereka mampu mengungkapkan perasaan dengan takaran yang wajar. Orang yang memiliki kecerdasan emosi tinggi di sebut orang yang sabar. Kalau mereka marah, mereka mampu mengendalikan kemarahannya

Emosi banyak ragam dan jenisnya. Pakar psikologi mengemukakan bahwa setiap jenis emosi adalah pendorong untuk bertindak.

Ada tujuh jenis emosi dasar antara lain:

(1). Emosi cinta atau perasaan kasih sayang adalah serangkaiaan reaksi di seluruh tubuh keadaan yang membangkitkan menegah dan memuaskan, akibatnya memudahkan terjalinya kerjasama,

(2). Emosi bahagia mendorong meningkatkann kegiatan di pusat otak, menenangkan perasaan, meningkatkan Emosi bahagia bekerja mengistirahatkan tubuh secara menyeluruh, menimbulkan kesiapan jiwa, dan antusias untuk menghadapi tugas-tugas kehidupan,

(3). Emosi sedih mendorong penyesuaian diri, menurunkan energi, tetapi kalau berlebih kesedihan akan memperlambat metabolisme tubuh. Apabila rasa sedih diikuti intropeksi, dapat menciptakan kesempatan untuk merenung sampai akhirnya menimbulkan wajah pucat dan darah terasa dingin,

(4). Emosi takut membuat sirkuit-sirkuit di pusat emosi otak memicu reproduksi hormon yang membuat tubuh waspada, siap bertindak,

(5). Emosi terkejut, perasaan takut mendorong alis mata naik, bidak mata melebar sehingga cahaya lebih banyak masuk retina. Hasilnya adalah intonasi tentang peristiwa yang di terima menjadi baik sehingga memudahkan untuk memahami apa yang sebenarnya yang terjadi,

(6). Emosi marah, perasaan marah mendorong meningkatnya detak jantung, membanjirnya hormon seperti adrenalin, membangkitkan energi untuk bertindak luar biasa, dan

(7). Emosi cemas, inti segala kecemasan adalah kekhawatiran. Isi pokok kehawatiran adalah kewaspadaan terhadap bahaya yang mungkin timbul. Rasa cemas memacu pemusatan perhatian pada ancaman yang sedang dihadapi. Rasa cemas juga memaksa otak untuk memikirkan terus-menerus bagaimana mengatasi dihadapi, lainnya. akhirnya masalah yang mengabaikan hal. Ada lima unsur kecerdasan emosional yaitu: (1). mengenal emosi diri, (2). mengelola emosi diri, (3). memotivasi diri sendiri, (4). mengenali emosi orang lain, dan (5). kecerdasan membina relasi pergaulan.

Dengan adanya kecerdasan emosional yang tinggi seseorang dapat memiliki kemampuan mengatur diri, kemampuan untuk senantiasa mendorong diri untuk mencoba yang terbaik, memiliki pemahaman yang baik tentang orang orang disekitarnya serta senantiasa memelihara hubungan social.

Di dalam diri seseorang emosi itu tidak hanya satu saja namun berbagai macam emosi seperti emosi cinta, emosi bahagia, emosi sedih, emosi takut, emosi terkejut, emosi marah, dan emosi cemas. Banyak juga cara-cara seseorang dalam mengendalikan emosinya, maka hal ini tergantung kepada orang tersebut bagaimana kemampuannya dalam mengendalikan emosi yang sedang dialaminya. Jika seseorang mampu mengendalikan emosinya maka akan berdampak positit pada dirinya, jika seseorang tidak mampu dalam mengendalikan emosi maka akan berdampak negatif pada dirinya. Pada umumnya para remaja sering mengalami kesulitan dalam mengendalikan emosi.

Remaja merupakan peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa ini juga memiliki tantangan tersendiri, dimana remaja dianggap sudah lebih mapan dibandingkan masa sebelumnya yakni saat menjadi masa kanak-kanak, namun di satu sisi remaja dianggap belum sepenuhnya dapat bertanggung jawab. Masa ini juga disebut masa mencari identitas diri, menemukan siapa mereka dan arah tujuan hidupnya, bereksplorasi terhadap perannya. Kondisi ini yang menyebabkan remaja sering kali mengidentifikasi dirinya dengan teman sebayanya, karena apa yang dilakukannya akan diterima dan diakui keeksistensiannya oleh teman-temannya.

Pada masa remaja ini juga merupakan masa pubertas yakni masa di mana terjadi perubahan cepat pada kematangan fisik yang meliputi perubahan perubahan tubuh dan hormon terutama terjadi selama masa remaja awal, di mana hormon-hormon ini memengaruhi remaja untuk bereksplorasi.

Kondisi ini lah yang membuat remaja sering kali terdorong untuk mencoba hal-hal baru, yang sifatnya menantang, bahkan untuk tindakan yang terlarang sekalipun.

Secara umum masa remaja di bagi menjadi dua bagian, yaitu awal masa dan akhir masa remaja.

Garis pemisah antara awal masa dan akhir masa remaja terletak kira-kira sekitar usia tujuh belas tahun, usia saat dimana setiap remaja memasuki sekolah menengah tingkat atas. Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari 13 tahun sampai 16 tahun atau 17 tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai 18 tahun, yaitu usia matang secara hukum. Dengan demikian akhir masa remaja merupakan periode yang sangat singkat.

Batasan-batasan berbeda-beda sesuai sosial budaya setempat. Ditinjau dari bidang kesehatan WHO menetapkan batasan usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja. Sedangkan menurut departemen kesehatan adalah mereka yang berusia 10-19 tahun dan belum kawin. Sementara itu menurut BKKBN (Direktorat dan Hak Reproduksi) batasan usia remaja adalah 10-21 tahun. Masa remaja berdasarkan umur dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu: masa remaja awal 10-13 tahun, masa remaja tengah 14-16, masa remaja akhir 17-19 tahun.

Penjelasan para ahli di atas remaja belum sepenuhnya mampu dalam mengontrol dirinya, terutama pada emosinya. Karena terlalu ingin mencoba hal-hal yang baru remaja kesulitan dalam mengendalikan emosinya. Terutama pada remaja yang tinggal di panti asuhan yang tinggal jauh dari bimbingan orang tua dan di asuh oleh orang-orang yang kurang memahami kepribadian. Setiap remaja yang tinggal di panti asuhan. Membuat sebagian remaja mengalami kesulitan dalam mengendalikan emosinya. Ada sebagian remaja mampu dalam mengendalikan emosinya dan mampu berbagi masalah dengan orang yang dipercaya, mampu membantu memecahkan permasalahannya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *